Berikut ini dijelaskan mengenai bahan minyak pelumas, viscositas minyak pelumas, dan klasifikasi minyak pelumas
A. MINYAK PELUMAS (OLI)
Minyak pelumas bahan dasarnya dari minyak dasar mineral, minyak dasar alami atau minyak dasar sintesis. Minyak pelumas
saat ini sebagian besar dibuat dari minyak dasar mineral yang berasal
dari tambang yang diolah dengan cara penyulingan. Apabila persediaan
minyak bumi sudah menipis, minyak pelumas dibuat dari bahan sintesis,
nabati, atau hewani. Minyak pelumas dengan bahan dasar alami
merupakan minyak pelumas yang paling baik. Akan tetapi, saat ini
jumlahnya belum sesuai dengan kebutuhan. Minyak dasar alami berasal dari
tumbuh-tumbuhan, misalnya jarak, kopra, dan kelapa sawit, minyak ini
dapat juga dibuat dari lemak hewan.
Sedangkan
minyak pelumas dengan minyak dasar sintesis, dibuat dari bahan-bahan
kimia yang dipergunakan sebagai dasar membuat minyak pelumas. Dewasa ini
minyak pelumas dibuat dari bahan dasar minyak alami atau mineral dengan
bahan tambahan berasal dari bahan-bahan kimia.
B. VISCOSITAS MINYAK PELUMAS
Viscositas minyak pelumas menunjukkan kemampuan terhadap laju aliran minyak. Viscositas
minyak ditentukan dengan mengukur sampel minyak. Pengolahaan dilakukan
dengan memanaskan minyak tersebut sampai suhu tertentu, kemudian
dialirkan melalui lupang pada viskometer. Lamanya waktu yang diperlukan
untuk meneteskan minyak pelumas dari viskometer ke gelas ukur,
menentukan nilai kekentalan minyak pelumas. Minyak pelumas yang
mengalirkan lebih cepat, viscositasnya rendah, sedangkan yang
mengalirkannya lambat viscositasnya tinggi.
Suatu badan internasional yaitu ociety of Automotive Enginers
(SAE), mempunyai standar kekentalan dengan awalan SAE di depan indek
kekentalan. SAE telah membuat indek kekentalan yang diikuti dengan huruf
W, yang menunjukkan kekentalan minyak pelumas pada temperatur -200C
dan disebut kekentalan rendah. Mesin yang memakai minyak pelumas dengan
kekentalan rendah ditandai dengan SAE 10 W, SAE 15 W, SAE 20 W.
Sedangkan minyak pelumas untuk kebutuhan sampai temperatur 1000C, tidak ditandai dengan huruf W, tetapi SAE 30, SAE 40, SAE 90 dan seterusnya.
Minyak pelumas yang dapat memenuhi kebutuhan pada temperatur
rendah, yaitu pada saat mesin mulai dihidupkan dan dapat memenuhi
kebutuhan saat mesin sudah panas, disebut minyak pelumas multi grade oil (serbaguna). Misalnya SA 5 W -20, SAE 10 W -20, SAE 10 W -30, SAE 10 W -40, SAE 20 W -50 dan seterusnya.
SAE 20 W -40, artinya minyak pelumas standar SAE 20 pada temperatur -200C dan standar minyak pelumas sampai SAE 50 pada tmperatur 1000C.
C. KLASIFIKASI MINYAK PELUMAS
Minyak pelumas untuk engine diklasifikasikan sesuai dengan
standar American Petroleum Institute (API) dan dites sesuai dengan
standarnya. Klasifikasi API biasanya tercantum pada masing-masing
kemasan minyak pelumas. Hal ini untuk menambah tingkatan SAE. Pemilihan
minyak pelumas akan lebih mudah, apabila dari perbandingan kondisi
pengoperasian kendaraan.
1. Klasifikasi Minyak Pelumas Untuk Motor Bensin
Klasifikasi API
|
Penggunaan dan Kualitas Oli
|
SA
SB
SC
SD
SE
SF
|
Minyak murni tanpa bahan tambah (aditive)
Digunakan untuk mesin operasi ringan yang mengandung sedikit anti oxiden
Oli yang mengandung detergen, dispersent, anti oxidant dan lain-lain
Digunakan untuk mesin yang beroperasi dengan temperatur tinggi, mengandung resisting agent, anti oxidant dan lain-lain
Digunakan untuk mesin sedang mengandung resisting agent, oxidant yang lebih banyak
Tingkat aliran tinggi dengan pemakaian resistan dan daya tahan yang lebih tinggi
|
2. Klasifikasi Minyak pelumas untuk Motor Diesel
Tekanan kompresi dan tekanan pada motor diesel lebih tinggi
dari motor bensin, oleh karena itu oli mesinnya harus mempunyai kekuatan
detergent dispersent yang baik dan dapat menetralisir asam belerang akibat pembakaran.
Klasifikasi API
|
Penggunaan dan kualitas oli
|
CA
CB
CC
CD
|
Digunakan untuk mesin diesel operasi beban ringan
Digunakan untuk mesin diesel operasi sedang
Digunakan untuk mesin diesel yang memakai Turbo Charger, dengan operasi temperatur sedang
Digunakan untuk mesin diesel yang memakai Turbo Charger dengan kandungan sulfur pada bahan sedikit
|
3. Oli untuk Roda Gigi
Oli untuk roda gigi mempunyai kekentalan yang tinggi. Hal
ini untuk mengurangi kerusakan pada roda gigi, bantalan dan kebocoran.
Oli untuk roda gigi mempunyai standar kekentalan 75w, 80w, 85w, 90w,
140w dan 250w, sedangkan differensial dan transmisi pada kendaraan
umumnya memakai oli SAE 90 atau 80w -90.
Klasifikasi API
|
Penggunaan dan kualitas oli
|
GL1
GL2
GL3
GL4
GL5
|
Mineral murni untuk roda gigi, tetapi jarang dipakai pada kendaraan
Untuk worm gear, mengandung minyak hewani dan tumbuh-tumbuhan
Untuk trnsmisi manual dan steering gear, mengandung bahan tambah extreme-pressure resisting
Untuk hypoid gear, mengandung bahan tambah extreme-pressure resisting yang lebih banyak dari GL3
Untuk differensial yang dilengkapi hypoid gear, kandungan extreme-pressure lebih besar dari GL4, dan kondisi yang lebih berat
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar